Kamis, 26 Maret 2015

Bahkan

Bismillahirrohmanirrohim...


"Setiap hari kita tidak pernah lepas dari yang namanya dosa", itu Abuya yang bilang saat kami mengaji beberapa jumat yang lalu. Lalu seperti biasa saya dan beberapa sahabat masih duduk-duduk sambil mengobrol selesai mengaji. Sambil membahas hal-hal tentang apa saja yang asyik di obrolin biar mata ga ngantuk.

Dan seperti biasa, aku yang menjadi lelaki tertua di obrolan itu selalu menjadi pendengar setia dari keluh kesah, kekesalan, gosip dan lain-lain dari mereka yang masih remaja. Meski sesungguhnya aku ini juga masih remaja loh! Etssss, jangan mengejek begitu. Ini serius, aku masih memegang jabatan Ketua Remaja Masjid. Itu tandanya aku adalah remaja paling 'tua'. Oke, oke, ya tua. Tapi remaja kan?

Sudah, sudah, balik ke topik.

Obrolan-obrolan malam itu sungguh mengasyikkan. Tapi ada hal yang membuatku tertarik. Dari beberapa cerita yang mengalir dari mulut para pencari Tuhan ini, sampai juga tentang manusia yang memiliki sifat "Gue ga mau di sombongin, tapi gue sombong"

Pernah bertemu dengan orang seperti itu? atau bahkan malah kita sendiri yang begitu? atau belum paham maksud dari kalimat itu? bagaimana kalau aku buat cerita? Oke, baca baik-baik.

Temanku bercerita tentang temannya. Temannya temanku itu (setelah ini kita sebut TT) bercerita kepada temanku (setelah ini kita sebut T) tentang orang yang "begitu", seperti yang tadi aku sebutkan. Kira-kira begini percakapannya :

T : lu kenapa emang sama dia? ada masalah?
TT : Gue sih ga ada masalah, te. Gue biasa aja, cuma dia itu sombong banget.
T : Emang kenapa? Sombong gimana maksud, lu?
TT : Ya, sombong aja gitu. Dia selalu kalo ngomong kayak dia aja yang paling hebat.
T : Hemmm
TT : (hening)

Lalu temanku itu bercerita padaku tentang percakapan itu, dia tidak bisa komentar. Kalian tahu kenapa? Karena si TT itu menurut cerita temanku juga 'begitu'. Hahaha, iya... Sombong. Aku tertawa kecil. Temanku bertanya padaku, gimana sih ngadepin orang kayak gitu.

Aku bilang saja, kuncinya itu ya jangan sombong tapi jangan minder. Karena kamu minder karena kamu itu sombong. Sama satu lagi, sabar. Ga ada jawaban paling enak kecuali hal itu. Kalo ga bisa jawab ya sabar untuk diam, tapi kalo punya jawaban ya sabar untuk menjawab tanpa berlebihan.

Tapi kalau kalian mau tahu, kita sebagai manusia itu pasti tidak suka di sombongin. Ya kan? Tapi secara ga sadar kita juga pernah sombong. Ini sama halnya seperti, kita ga suka di cuekin tapi kita juga sering nyuekin orang. Kan? Manusia emang begitu. Sama. Aku juga begitu.

Kadang kita menuntut orang lain untuk berlaku A, tapi kita sendiri ga bisa berlaku A. Kita menuntut orang agar tidak sombong, peduli, setia dan sebagainya. Tapi bagaimana dengan diri kita? Apakah kita udah bisa ga sombong? ga cuek? jadi setia?

Itu sifat kita loh. Cuma kadang kita sebelum bertindak ga ngaca sih. Jadi, kita hanya melihat apa-apa dari sudut pandang kenyamanan dan keamanan kita. Tanpa memikirkan apa yang akan dirasakan orang lain jika kita berbuat seperti itu.

Terus, apa dong yang mesti kita lakukan agar kita bisa lebih memikirkan orang lain?

Ah, itu mah udah diajarin dari SD. Ada sifat yang namanya tenggang rasa. Tapi kelihatannya rasa itu udah ga ada di zaman ini. Bukan karena sifat itu udah kuno. Tapi karena kita terlalu sombong menganggap diri kita modern. Kita lebih banyak berinteraksi via smartphone, chat, media sosial dan alat komunikasi modern yang memaksa kita untuk berinteraksi tanpa bertatap muka. Seandainya kita bisa lebih bijak menggunakan kekinian ini, pasti kita tidak akan menjadi orang-orang seperti ini. Yang mudah mengucap salah kepada orang lain tapi lupa bahwa dirinya juga salah.

Saya ingin menutup dengan kalimat :
Bahkan orang yang cuek aja gamau dicuekin. Sama kayak orang sombong, dia juga gamau disombongin. Tapi anehnya, dia aja gamau digituin, tapi kenapa dia gituin orang lain?

Coba pikirin deh kalimat itu, ya kita semua, yang nulis, yang baca. Pikirin dah tuh. Kenapa kita begitu? Gamau disombongin tapi sombong, gamau dicuekin tapi nyuekin. Kenapa coba? Kenapa? Hayo kenapa?

Di medan pertempuran

26 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar